Generasi Milenial...

PERSIAPKAN MASA PENSIUNMU

Oleh:

E. Hindro Cahyono

(Ketua I Pengurus Dana Pensiun YAKKUM)

Gerenerasi Milenial dan filosofi YOLO

Bagi generasi tua, istilah YOLO barangkali sangatlah asing. Istilah ini mulai dikenal luas oleh generasi milenial beberapa tahun terakhir. YOLO adalah kependekan dari you only live once. Artinya kira-kira kamu hidup hanya sekali, nikmati hidup saat ini tanpa perlu khawatir akan masa depan.

YOLO bisa menjadi filosofi yang sangat membahayakan masa depan generasi milenial. Filosofi ini akan memicu gaya hidup hedonis yang mendorong seseorang untuk berbuat gila dengan bersenang-senang dan melupakan hal-hal penting, termasuk mempersiapkan masa depan. Tak heran, kaum YOLO ini kerap mengutamakan pengalaman liburan ke berbagai destinasi dan bergaya hidup konsumtif. Mereka tidak ragu untuk menghabiskan Rp 50.000 untuk secangkir kopi di coffee shop yang sedang happening. Tempat wisata dan tempat kuliner unik yang terkenal di media sosial kerap penuh sesak oleh milenial. Uang tiap bulan pun dikeluarkan untuk mendapatkan layanan music streaming dan film streaming, karena radio dan televisi konvensional yang gratis sudah sangat kuno bagi mereka. Akibatnya tak heran gaji dan penghasilan lainnya setiap bulan habis untuk konsumsi, tidak tersisa untuk menabung apalagi berinvestasi.

Survai yang dilansir dari CNBC.com, menemukan bahwa terjadi peningkatan jumlah milenial yang tidak memiliki tabungan. Pada tahun 2016 hanya 31% generasi milenial muda yang tidak memiliki tabungan, sedangkan pada 2017 meningkat menjadi 46%. Bagi milenial usia 25-34 tahun kondisinya tidak jauh berbeda. Sekitar 60% kaum ini memiliki tabungan kurang dari Rp 14 juta pada 2017, sementara yang tidak memiliki tabungan sama sekali mencapai 40%.

Jumlah Generasi Milenial Makin Dominan

Generasi milenial atau generasi Y adalah generasi yang lahir pada tahun 1981-2000, dan  pada tahun 2018 umumnya sudah berusia 18 hingga 37 tahun. Bisa dibilang, pada tahun 2018 generasi ini sedang dalam masa produktifnya.

Saat ini, secara statistik jumlah populasi generasi milenial di Indonesia sudah pada kisaran 33 % sampai dengan 34 % dari total penduduk Indonesia.

Bahkan, diproyeksikan komposisi demografis generasi milenial akan semakin dominan ke depannya. Hal ini terjadi seiring dengan berkurangnya jumlah generasi baby boomer (generasi yang lahir pada tahun 1946-1964)  dan generasi X (generasi yang kini berusia 35 tahun sampai 55 tahun).

Bisa dibayangkan bagaimana dampaknya pada masa tuanya nanti jika mereka tidak mempersiapkan dana saat memasuki pensiun. Bukan saja mereka tidak dapat menjalani hidup sejahtera di masa tua tetapi juga akan menjadi beban berat bagi anak cucunya atau generasi berikutnya.

Masa Pensiun Sejahtera Perlu Dipersiapkan Sejak Muda

Dana pensiun berhubungan erat dengan masa tua. Namun bukan berarti urusan dana pensiun hanya penting bagi generasi tua. Kebutuhan dana untuk masa pensiun sangat penting untuk dipersiapkan sejak usia muda dengan tujuan supaya masa pensiun dapat dinikmati secara layak untuk memenuhi kebutuhan pada masa tua tanpa tergatung pada siapapun.

Secara rasional, setiap orang tentu tidak ingin mengalami ketergantungan finansial kepada orang lain pada masa tuanya nanti. Oleh karena itu, generasi milenial perlu mendapat edukasi mengenai pentingnya dana pensiun demi masa depan mereka yang lebih baik.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani dalam suatu seminar nasional Asosiasi Dana Pensiun (26/9/2018), mengatakan bahwa generasi milenial merupakan kalangan yang berorentasi pada masa kini dan kurang menyiapkan antisipasi dalam menghadapi masa depan. Padahal perencanaan finansial untuk menghadapi masa tua juga penting. Oleh karena itu, beliau mengingatkan generasi milenial untuk mulai membuat perencanaan yang matang dalam menghadapi masa depan. Salah satunya dengan menyiapkan dana pensiun : “Mumpung masih muda, himpun dana pensiun dari sekarang. Jangan sampai mengumpulkan dana pensiun dua tahun sebelum pensiun.”

Dana Pensiun dan Karakter Generasi Milenial

Studi yang dilakukan oleh para pemerhati generasi milenial, secara garis besar generasi milenial memiliki tiga karakter utama yang menonjol, yaitu creative, connected dan confidence (Hasanudin Ali:2017).

Karakter creative (kreatif) memiliki keterkaitan erat dengan pilihan pekerjaan generasi milenial. Generasi milenial cenderung lebih memilih sebagai pekerja mandiri di sektor kreatif daripada menjadi pegawai baik PNS, swasta maupun karyawan BUMN. Berdasarkan kecenderungan ini, kebutuhan generasi milenial terhadap program pensiun dapat dilayani oleh dana pensiun lembaga keuangan (DPLK). Tantangannya adalah, generasi milenial cenderung terbiasa berpikir out of the box. Mereka tidak akan menerima sesuatu yang biasa-biasa saja, namun akan membandingkannya dengan instrumen keuangan lain yang juga dapat digunakan sebagai cadangan untuk kebutuhan di masa tua. Untuk menyikapi hal ini, program dana pensiun yang ditawarkan harus memiliki nilai lebih yang dapat dirasakan oleh generasi milenial, menawarkan variasi manfaat pensiun dan membuat desain program pensiun menjadi lebih dinamis dan millenial’s friendly.

Karakter connected (terhubung), generasi milenial cenderung melek media sosial. Mereka terhubung satu sama lain melalui berbagai perangkat media sosial. Pola hubungan yang terbentuk di media sosial cenderung equal atau berdasarkan pada prinsip kesetaraan. Mereka menginginkan kemudahan akses untuk memantau perkembangan dananya dan menginginkan berbagai benefit tabahan lain. Dana Penisun perlu mengembangkan kemitraan dengan berbagai institusi lain agar kepesertaan Dana Pensiun juga memiliki manfaat tambahan. Misalnya dengan jumlah peserta yang sangat banyak Dana Pensiun bisa membangun kemitraan strategis dengan berbagai merchant untuk mendapatkan diskon belanja, edukasi investasi dan lain-lainya. Dengan upaya seperti ini  dana pensiun akan menjadikan produk dana pensiunnya menjadi  nge-hits, sehingga seseorang memiliki kebanggan ketika memiliki program pensiun.

Terkait dengan karakter confidence, atau rasa percaya diri, generasi milenial cenderung yakin pada kemampuan dirinya sendiri. Karakter ini sebenarnya merupakan peluang karena mereka cenderung pantang tergantung pada orang lain. Dalam konteks ini, Dana Pensiun perlu mengedukasi untuk menyadarkan generasi milenial bahwa masa setelah tidak lagi mampu bekerja berpotensi menjadi masa rawan krisis finansial, serta meyakinkan bahwa dana pensiun merupakan produk yang paling tepat untuk menjadi solusi atas situasi rawan krisis finansial tersebut.